Fenomena Bumi Lebih Dingin, Ternyata Ini Penyebabnya

Kabar terkini- Beberapa hari terakhir ini, Bumi mengalami suhu dingin yang tak wajar. Banyak orang yang bertanya-tanya tentang penyebabnya. Namun, jawaban yang pasti adalah terjadi fenomena Aphelion yang berarti posisi bumi berada paling terjauh dari matahari.

Fenomena tersebut terjadi sejak tanggal 4 bulan Juli yang berpuncak pada tanggal enam kemarin. Pusat Sains Antarikasa Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) mencatat puncak peristiwa ini terjadi pada pukul 05.27 WIB, 06.27 WITA atau 07.27 WIT.

Aphelion bisa terjadi karena orbit bumi tidak sepenuhnya berbentuk lingkaran sempurna. Orbit bumi berbentuk elips dengan kelonjongan sekitar 1/60. Oleh sebab itulah, setiap tahunnya Bumi akan berada pada jarak terjauh yang disebut Aphelion. Sementara, jarak terdekatnya disebut Perihelion yang biasanya terjadi pada Januarai.

Fenomena Aphelion

Pada saat fenomena Aphelion terjadi, matahari akan tampak sedikit lebih kecil dibanding biasanya. Lapan menyebut, Matahari terlihat sedikit lebih kecil sekitar 15,73 menit busur atau berkurang 1,68 persen dari yang biasa terlihat.

Hal tersebut dikarenakan rotasi bumi yang mengalami perubahan sehingga bumi berada 3.111.432 mil (5.007.364 km) lebih jauh dari matahari daripada saat terjadi Perihelion atau berjarak 3,3 persen. Sementara, dalam hal panas radiasi yang diterima oleh Bumi, itu membuat perbedaan hampir 7 persen.

Namun, secara umum tidak ada pengaruh yang terjadi baik di matahari maupun di Bumi, termasuk pada perubahan suhu. Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lapan, Emanuel Sungging menjelaskan tidak ada dampak langsung yang terjadi pada bumi akibat fenomena Aphelion.

Fenomena tahunan tersebut biasanya terjadi setelah setengah tahun perjalanan Bumi mengitari Matahari. Fenomena Aphelion, juga tidak berdampak langsung pada kehidupan manusia di Bumi. Adapun suhu dingin yang belakangan dirasakan di pagi hari merupakan hal yang biasa terjadi di musim kemarau.

Pada siang hari, permukaan Bumi menyerap cahaya Matahari dan melepaskan panas yang diserap pada malam harinya. Semestinya, panas yang dilepaskan pada malam hari itu akan kembali dipantulkan ke permukaan Bumi oleh awan yang ada di atmosfer. Akan tetapi, di musim kemarau, tidak ada banyak awan yang ada di atmosfer, sehingga tidak ada panas yang kembali dipantulkan ke permukaan Bumi.