Artikel Terkini- Pada peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77, Jokowi mengenakan baju adat Dolomani dari Buton, Sulawesi Tenggara. Di tahun sebelumnya, Jokowi memakai pakaian adat Tanah Bumbu, Batulicin, Kalimantan Selatan.
Kemudian pada 2018 dan 2019, Presiden Jokowi memilih baju adat Aceh serta Klungkung dari Bali. Selain lewat pakaian, Jokowi juga kerap menyebut empat titik paling pinggir di barat, timur, utara, dan selatan Indonesia dengan kalimat: Saudara-saudara dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote.
Jokowi jadi inspektur upacara
Acara dimulai dengan laporan Komandan Upacara kepada Presiden Jokowi selaku Inspektur Upacara. Kemudian, Jokowi memimpin mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para pahlawan. “Untuk mengenang jasa para pahlawan dan pejuang-pejuang bangsa, utamanya sang proklamator Bung Karno dan Bung Hatta,” ucap Jokowi. Baju adat Dolomani yang dipakai Jokowi didominasi warna merah dan putih. Bagian dalam bewarna putih, sementara luarnya bewarna merah.
Adapun peringatan HUT ke-77 RI di Istana diselenggarakan secara terbuka dengan mengundang 2.000 masyarakat. Sejumlah menteri hingga mantan presiden dan wakil presiden juga hadir. Adapun Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi dalam rangka HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia di Halaman Istana Merdeka dimulai akan dimulai sekitar pukul 09.00 WIB.
Upacara akan dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo selaku inspektur upacara. Sebagaimana diketahui, pihak istana kembali membuka kesempatan bagi masyarakat umum untuk dapat ikut dalam upacara peringatan HUT ke-77 RI di Istana Merdeka. Untuk upacara pagi hari, ada sekitar 3.000 warga yang hadir.
Makna filosofi baju adat buton
Dijelaskan bahwa kerajaan Buton didirikan oleh sekelompok orang yang berasal dari latar belakang suku dan etnis yang berbeda. Mereka yakni Dungkusangia yang berasal dari Tiongkok-Mongol, Mia Patamiana dari Melayu, Wa Kaa Kaa dari Jawa-Mongol dan Sibatara dari Jawa Filosofi di balik baju adat Buton Dolomani tersebut ternyata mengandung banyak unsur, di antaranya sulaman tangan bermotif bunga rongo.
Bunga ini melambangkan perjalanan seorang pemimpin. Motif tersebut disulam dari bawah ke atas yang artinya seorang pemimpin, lalu dari atas ke bawah yang menandakan kesederhanaan dan peduli akan rakyatnya. Ada juga ornamen tumbuhan dengan buah yang manis, tapi gatal. Itu menggambarkan bahwa seorang sultan harus waspada terhadap bahaya yang mengancam daerahnya.