Inilah Fakta Mengenai Penarikan Salah Satu Produk Indomie di taiwan

Kabar Terkini- Baru-baru ini pemerintah Taiwan secara resmi menarik produk salah satu indomie dari peredaran pasar karena dianggap memiliki bahan penyebab kanker. Berita tersebut sedang hangat diperbincangkan, mengingat jumlah pekerja migran Indonesia di Taiwan sangatlah banyak menjadikan Taiwan sebagai salah satu tujuan pasar ekspor produk Indofood tersebut.

Menanggapi isu tersebut, Pihak Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta Badan POM (BPOM) harus segera melakukan audit dan investigasi atas penemuan dua produk mi instan dari Indonesia dan Malaysia yang dijual di Taipei, Taiwan, mengandung zat pemicu kanker atau zat karsinogenik oleh Departemen Kesehatan Taipei. 

Ketua Pengurus Harian Tulus Abadi mengatakan, dengan dilakukannya investigasi terhadap penemuan tersebut juga bisa memastikan apakah mi instan yang dijual di Taiwan juga beredar di Indonesia dan mengandung cemaran etilen oksida. Atau produk ekspor itu terjadi kontaminasi zat karsinogenik ketika diproduksi di Indonesia. 

Produk Indomie Ditarik di Taiwan

Menurut Tulus, kalaupun nanti hasil audit Badan POM menyebutkan mi instan yang mengandung cemaran etilen oksida itu tidak ada di Indonesia, BPOM juga harus memastikan produk yang ada di dalam negeri aman dikonsumsi. Lebih lanjut Tulus mengatakan, hingga saat ini Codex Alimentarius Commission (CAC) yang berada di bawah WHO/FAO belum mengatur batas maksimal residu etilen oksida (EtO) dan 2-Kloroetanol (2-CE). 

Namun, pedoman yang diterbitkan organisasi tersebut pada tahun 2019 mengatakan apabila belum ada maksimum level dari suatu kontaminan, maka digunakan batas maksimum kontaminan sebesar 0,001 mg/kg atau 1 mikrogram/kg. Setiap negara menerapkan aturan batas maksimum residu etilen oksida yang berbeda-beda. 

Singapura, misalnya, menetapkan residu etilen oksida pada rempah-rempah tidak boleh melebihi 50 parts per million atau ppm. Sedangkan di Amerika Serikat batas maksimalnya 7 ppm dan di Uni Eropa 0,1 ppm. Menurut Tulus Abadi, meskipun ada perbedaan standar, jangan sampai parameter yang berlaku di Indonesia tertinggal dari negara lain.

Adapun sebelumnya, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang angkat bicara menanggapi ihwal dua produk mi instan dari Indonesia dan Malaysia yang dijual di Taipei Taiwan ditemukan mengandung zat pemicu kanker atau zat karsinogenik oleh Departemen Kesehatan Taipei. Franciscus mengatakan, pada dasarnya sesuai prinsip perusahaanya, pihaknya selalu mengikuti persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh negara pengimpor sebelum mengirim produk.

Bahkan, pihaknya juga patuh akan persyaratan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh BPOM. Pada prinsipnya kita mengikuti prasyarat dan ketentuan BPOM dan juga standard Badan kesehatan negara pengimport. Selanjutnya, Dia menuturkan, pihaknya masih akan terus menyelidiki atas temuan tersebut.